TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketika generasi muda ini ditawari untuk membuka rekening bank digital berikutnya atau tambahan, mereka akan mempertimbangkan reputasi banknya ketimbang canggihnya teknologi atau aplikasi-aplikasinya. Menurut mereka, reputasi yang baik akan memberikan ketenangan dan jaminan risiko.
Ini salah satu kesimpulan hasil survei yang dilakukan RB Consulting, Research & Business Consulting, Infinity CXT, dan Essensight Qualitative Agency terhadap 200 laki-laki dan perempuan Gen Z (18-24 tahun) dan Gen Y (25-30 tahun) pada tanggal 20-24 Maret 2021.
CEO RB Consulting Iwan Murty mengatakan, untuk pertimbangan antara User Interface (UI)/User Experience (UX) dan penawaran produk perbankan hampir sama bobotnya.
"Penawaran-produk perbankan yang menarik membuat mereka mau mengunduh aplikasi digital banking, sedangkan UI/UX membuat mereka terus memakai aplikasi digital banking tersebut," kata Iwan dalam keterangan tertulis, Rabu (14/4/2021).
Dari mereka yang memiliki beberapa rekening bank digital dari bank berbeda, secara keseluruhan tingkat kepuasan akan digital banking belum terlalu tinggi. Boleh dibilang tidak ada satu bank penyedia digital banking yang memiliki tingkat kepuasan nasabah rata-rata yang tinggi.
Dari skala kepuasan 1 sampai 5 (di mana 5 sama dengan sangat puas), tingkat rata-rata kepuasan generasi muda yang memiliki digital banking di bawah 4 atau hanya 64% yang merasa puas sampai sangat puas.
"Alasannya antara lain penawaran yang dijanjikan pertama kali yang membuat mereka tertarik tidak dilanjutkan, masalah dengan aplikasinya yang sering lagging/buffering dan suka mati sendiri dan UI/UX yang tidak bersahabat, menyulitkan pemakainya," katanya.
Dari mereka yang tidak melakukan digital bank sekarang ini, kata dia hanya sekitar 60 persen yang mengatakan tertarik untuk membuka rekening bank digital, sedangkan sekitar 1 dari 10, mengatakan tidak tertarik sama sekali. Bagi mereka yang tidak tertarik untuk buka rekening bank digital, alasan utamanya adalah kekhawatiran akan keamanan teknologinya atau takut di-hack. "Mereka masih menyukai cara konvensional yakni memiliki buku tabungan secara fisik dan masih bisa berinteraksi dengan teller di kantor bank," katanya. Hasil survei juga menemukan, secara keseluruhan tingkat kepemilikan rekening bank digital oleh generasi muda baru mencapai kurang dari sepertiga sehingga menunjukkan kesempatan pasar yang masih sangat besar namun perlu pemahaman untuk mampu menarik minat mereka.
Di saat pemerintah Indonesia juga berbenah diri untuk menyambut dan mengatur perbankan digital, saatnya edukasi digital banking dimulai dari usia dini anak sekolah, menjelaskan keuntungannya memiliki rekening bank digital di luar promosi gratis dan kemudahannya.
"Bagi pelaku industri perbankan, pahami kebutuhan calon nasabah generasi muda untuk menciptakan relevansi. Pelajari pemain yang sekarang ada untuk membuat differensiasi dan tawarkan aplikasi dengan UI/UX yang sesuai selera agar dapat memperbaiki tingkat kepuasan nasabah," katanya.
Sumber:
Eko Sutriyanto
Kamis, 15 April 2021 - 20:40
ความคิดเห็น